Lae Pendaroh adalah aliran sungai dari Bukit Sitinjo yang mengalir deras hingga kemudian menyatu dengan Lae Renun, salah satu sungai terbesar di Kabupaten Dairi. Jika disusuri dalam terminologi bahasa Pakpak, Pen-daroh sendiri dapat diartikan darah.
1. Misteri Lae Pendaroh
![]() |
lae pendaroh is a waterfall in dairi district, north sumatra |
Mulai dari Lae Pondom Sumbul sampai ke Lae Pendaroh, cukup sering terjadi kecelakaan. Entah karena kondisi pengemudi yang ngantuk atau akibat jarak pandang yang pendek. Sebab kawasan ini memang acap kali disinggahi kabut. Hal itu tentu berpengaruh ke daya penampakan mata.
Pun air terjunnya sendiri akan berubah warna menyerupai darah pada waktu tertentu. Terutama saat musim penghujan sedang berlangsung. Namun, proses terjadinya air menjadi seperti darah itu disebut-sebut dipengaruhi oleh kimia alami. Tergerusnya humus dari lembah hutan dan akar pepohonan berubah warna.
Selebihnya tidak ada yang aneh dengan air terjun tersebut. Kendati banyak desas-desus yang mengatakan jika beberapa orang pernah melihat sesuatu di sana. Akan tetapi, hal itu kemungkinan besar hanyalah isapan jempol semata yang tak perlu dipercaya.
2. Mengalir Deras ke Lae Renun
![]() |
lae renun |
Jika teman Traveling Medan pernah menginjakkan kaki ke TWI, di depan Patung Bunda Maria terdapat sungai kecil. Nah sungai berwarna kecoklatan itulah yang diketahui mengalir ke bawah dan melewati jembatan Lae Pendaroh sebelum akhirnya bermuara ke Lae Renun.
Baca Juga: sidikalang kota dingin dan simbol kopi dairiLae Renun sendiri beraliran deras, debitnya cocok untuk wisata olahraga arung jeram. Dahulu, sempat diunggulkan dalam tajuk selayang pandang kabupaten Dairi. Namun entah kenapa, potensi itu tidak terkelola hingga sekarang.
3. Atraksi Wisata
![]() |
atraksi wisata |
Area air terjunnya sudah dibuatkan pagar agar pengunjung lebih aman. Yap, sedikit tergelincir saja dari bebatuan di sana maka pengunjung bisa hanyut sampai ke Lae Renun. Setap hari, pasti ada orang yang singgah di Lae Pendaroh.
Walau sebentar, mereka biasanya memilih untuk berfoto dengan background air terjun sebelum melanjutkan perjalanan. Hingga saat ini, tak ada tiket resmi atau biaya masuk bagi pengunjung yang mendatangi objek tersebut.
Untuk merenggangkan otot, sebenarnya di sekitar kawasan Sitinjo terdapat banyak gazebo atau rumkit (rumah kitik-kitik) yang dapat dipakai dengan sistem sewa.
Walau sebentar, mereka biasanya memilih untuk berfoto dengan background air terjun sebelum melanjutkan perjalanan. Hingga saat ini, tak ada tiket resmi atau biaya masuk bagi pengunjung yang mendatangi objek tersebut.
Untuk merenggangkan otot, sebenarnya di sekitar kawasan Sitinjo terdapat banyak gazebo atau rumkit (rumah kitik-kitik) yang dapat dipakai dengan sistem sewa.