Masjid berusia 166 tahun ini merupakan masjid tertua di Medan yang sejarah berdirinya berlangsung pada tahun 1854 dan peninggalan Sultan Osman Perkasa Alam dan kembali ditata ulang oleh anaknya, Sultan Deli ke delapan.
Awalnya, Masjid Al Osmani yang terletak di seputaran Jalan Yos Sudarso ini adalah masjid terbesar di Medan ketika tampuk Kesultanan Deli dalam masa kejayaan. Hingga kemudian, dibangunlah Masjid Raya yang pada akhirnya menggeser gelar tersebut. Kendati demikian, masjid ini tetap mengisi peradapan Islam di kota Medan.
Masjid Al Osmani
Berikut sejumlah fakta menarik dari Masjid Al Osmani di Medan
1. Dijuluki Masjid Kuning
![]() |
via @pariwisatamdn |
Bentuk kubah hitam di masjid tersebut ikut menginspirasi bentuk atap Istana Maimun. Tingginya makna "kuning" bagi orang Melayu membuat setiap wujud budaya berbentuk benda di tengah suku tersebut selalu ditandai dengan warna kuning.
Masjid Kuning di Medan ini tidak hanya difungsikan sebagai tempat beribadah. Tapi Sultan Osman Perkasa Alam juga memanfaatkannya sebagai lokasi berkumpul dengan rakyat-rakyatnya yang tinggal di Labuhan Deli.
Masjid Kuning di Medan ini tidak hanya difungsikan sebagai tempat beribadah. Tapi Sultan Osman Perkasa Alam juga memanfaatkannya sebagai lokasi berkumpul dengan rakyat-rakyatnya yang tinggal di Labuhan Deli.
2. Bubur Pedas Jadi Sajian Khas Masjid Tertua Medan
![]() |
bubur pedas medan via @quninkaripap |
Bubur pedas adalah makanan tradisional Melayu yang kaya akan rempah dan memiliki cita rasa tinggi. Karena itu, makanan ini banyak ditunggu oleh masyarakat setempat.
Hampir semua masjid tua di Medan yang didirikan oleh Kesultanan Deli menyajikan makanan ini sepanjang bulan puasa, termasuk Masjid Al Mashun di jalan Sisingamangaraja. Hanya saja, sebagian pengelola tidak menyediakan bubur pedas setiap hari.
3. Bertransformasi Sebanyak 7 Kali
![]() |
masjid al osmani tempo dulu - via |
Kalau dahulu luasnya hanya enam belas kali enam belas meter, maka Sultan Mahmud memperlebar bangunan tersebut. Bahkan, kawasannya sendiri mencakup luas 2.000 meter. Jika ditotal, masjid ini mengalami perubahan sebanyak 7 kali.
Perubahan tidak secara menyeluruh, paling utama terdapat pada bagian desain, penggantian material bangunan dari kayu menjadi permanen. Pun lahan dimana bangunan itu berdiri ikut diperluas.
4. Berusia 166 Tahun
![]() |
masjid tertua di medan |
Uniknya, keaslian bangunan pada obyek wisata religi Islam di Medan ini tetap dipertahankan. Meskipun pernah dirombak secara besar-besaran. Dilatar belakangi fakta tersebut, Masjid Al Osmani pun ditetapkan sebagai bangunan heritage.
Baca Juga: 5 Museum di Medan
5. Dirancang oleh GD Langereis
![]() |
masjid di labuhan yang dirancang orang jerman |
Ialah GD Langereis, seorang ahli arsitektur berkebangsaan Jerman. Beliau mewujudkan keinginan Sultan Mahmud Perkasa Alam, anak dari Sultan Osman Perkasa Alam yang mengharapkan tempat beribadah yang megah. Ketika anggota keluarga istana Kesultanan Deli masih berada di Labuhan.
Selama dalam tahap pembangunan masjid hingga rampung, GD Langereis mengubah rumah panggung tersebut menjadi masjid cantik yang kental dengan sisi megah. Siapapun yang berkunjung, dipastikan terpukau akan hasil karya arsitek Jerman tersebut.
Baca Juga: Tempat Wisata di Medan Johor
6. Perpaduan Arsitektur 6 Negara
![]() |
masjid tertua medan via medantourism.com |
Tak hanya identik dengan warna kuning, masjid cantik yang dekat dari Belawan ini diberi juga sapuan warna hijau. Dipetik dari Surakarta.ac.id disebutkan bahwa arti warna hijau dalam Islam adalah simbol kesejukan, ketenangan jiwa dan kenikmatan.
Tak kalah memesona dari masjid tertua di Medan ini adalah kubah indah yang bertengger pada bagian puncak masjid, disebutkan jika ukurannya berbentuk segi delapan dan mempunya berat sebanyak 2.500 kilogram.